Header Ads Widget

Responsive Advertisement

 


Pernak-pernik romantis di dalam berumah tangga dimulai sejak malam pertama hingga malam-malam berikutnya, begitu kalimat yang terdapat di buku Pernak-Pernik Romantis karya Fadlan Al Ikhwani.

Untuk mempertahankan keromantisan itu tentu banyak hal yang harus dilakukan oleh pasangan yang baru menikah, terutama dalam hal berinteraksi dengan keluarga besar.

Sebagai seorang perempuan yang baru menikah tentu aroma masa-masa bersama orang tuanya tak lepas dari ingatan, meski ia tidak lagi menjadi tanggung jawab ibu-bapaknya. Istri biasanya menyambung interaksi orag tua dengan menelepon untuk bertanya kabar. Ketika berada dalam posisi ini, suami hendaknya memahami, mengingatkan, dan mendukung istri untuk tidak memutuskan hubungan dengan keluarganya.  Bahkan akan lebih baik, jika suami ikut serta bertanya kabar kepada keluarga istrinya.

            Pola interaksi yang saling terkait antara suami-istri-orang tua dan mertua tentu akan menumbuhkan suasana positif di keluarga besar. Sebagai menantu laki-laki, ia menyadari bahwa perempuan yang diperistrinya mempunyai keluarga asal sehingga hubungan dengan kerabatnya terutama orang tua dan saudara kandungnya tidak boleh terputus. Sebaliknya, sebagai menantu perempuan, istri juga tidak boleh menjadi penghalang untuk suaminya berbuat baik kepada pihak keluarga dan kerabatnya.

            Terkadang timbul perasaan cemburu pada diri istri ketika suami lebih dekat kepada keluarganya, ia khawatir perhatiannya terbagi antara mereka dengan  istri dan anak-anaknya. Bahkan terkadang muncul rasa takut yang tidak beralasan pada diri istri sehingga ia bersuudzon kepada suami maupun keluarga suaminya. Perempuan yang demikian biasanya dimiliki oleh istri yang materialis dan cinta berlebihan kepada suaminya tanpa menyadari bahwa suami masih memiliki tanggung jawab kepada kerabat terutama ibunya.

            Sebaliknya, ada juga suami yang membatasi hubungan istri dengan orang tuanya, sengaja tidak memberi ijin istrinya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya karena dikhawatirkan istri terpengaruh oleh keluarganya yang tidak sepaham dengan pemikiran suaminya. Lelaki yang demikian sesungguhnya telah berpikir sempit karena Islam tidak membenarkan siapa pun memutuskan tali kekeluargaan meskipun mereka kafir.

            Jangan sampai di antara suami-istri terdapat hal yang disembunyikan, misalnya istri diam-diam menelepon orang tuanya, lalu memberi uang kepada mereka tanpa seijin suaminya. Begitu pula, suami diam-diam membantu perekonomian keluarganya tanpa sepengetahuan istrinya, sementara istri dan anaknya mengalami keterbatasan kebutuhan. Alangkah tertekannya kondisi rumah tangga yang demikian, tidak ada keterbukaan antara kedua pihak. Padahal jika saling diutarakan pun suami tidak akan melarang istri dan istri juga tidak akan mencegah suami berbuat baik kepada keluarga besarnya. Rasa takut, khawatir, was-was bahkan malu kepada suami atau istri yang berlebihan justru membuat rumah tangga menjadi berantakan.

            Sebaik-baik rumah tangga adalah suami yang menggembirakan istrinya dengan mendorongnya agar senantiasa mempererat hubungan dengan kerabat dan orang tua. Begitu pula istri harus melapangkan hubungan suami dengan sanak keluarganya. Jika hal ini dapat dimunculkan di dalam kehidupan, tentu Allah Swt akan menurunkan rahmat dan merekatkan keakraban.

Sebagaimana tersebut di dalam hadis Tirmidzi dan Thabrani:

“Pelajarilah silsilah kalian yang dapat kalian gunakan untuk menghubungkan tali kekeluargaan kalian, karena tali kekeluargaan adalah kecintaan dalam keluarga, meluaskan harta dan menambah panjang umur.” (HR. Tirmidzi dan Thabrani)

 

 

Post a Comment