Header Ads Widget

Responsive Advertisement

                                                            pic: bakesah.co

Di berbagai media kerap dijumpai berita tentang kekerasan terhadap perempuan. Baik itu kepada pacar, istri, anak-anak, remaja putri, maupun kepada ibu. Bahkan, kekerasan terhadap perempuan tersebut banyak terjadi di sektor domestik alias di rumah tangga. Mulai dari suami yang suka main tangan, memukul atau kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan seksual, dan kekerasan psikis. Bahkan ada yang dipukul hingga memar, pelipisnya pecah, tidak dinafkahi, diolok-olok, bertahun-tahun tidak berhubungan suami istri, dan lain-lain.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) masih menjadi trending topik penyebab perceraian. KDRT dapat berupa fisik maupun psikologis. Secara alamiah, jika kebutuhan kasih sayang para anggota keluarga tidak terpenuhi, maka rumah tangga akan didera banyak persoalan, baik gangguan emosional, masalah perilaku dan kesehatan fisik. Sebaliknya, jika fungsi terkait psikologi terpenuhi, maka emosi anggota akan terasa nyaman. Artinya, jika di dalam keluarga masing-masing anggota totalitas untuk mencurahkan kasih sayangnya, maka kekuatan terhadap kehidupan emosional para anggotanya akan terbentuk lebih bertanggung jawab.

Suami atau istri yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mau peduli pada apa yang sedang menimpa pasangannya, dalam hal ini bertindak egois dan tidak adil akan menimbulkan kebencian kepada pasangannya.

            Sederhananya, coba kita simak kasus parenting berikut. Bagi seorang istri, waktu sebanyak dua puluh empat jam mengurus rumah tangga rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, belum lagi ketika anak-anak sedang rewel. Begitu istirahat sejenak, anak-anak minta ini dan itu. Ketika penat melanda, seorang suami yang memiliki kebiasaan ego meninggi tidak akan peka terhadap keadaan istrinya. Sebut saja, saat itu anaknya yang batita sedang pilek dan berkali-kali menaik-turunkan ingusnya, sementara ayah si anak yang melihatnya hanya mampu berkata minta ibu untuk membersihkan hidungmu. Hilang sudah moment of fathering dalam diri suaminya.

            Bagaimana perasaan istri yang mendengarnya ketika ia tengah beristirahat dari kesibukan rumah tangga? Pasti dalam hatinya telah berkata mengapa bukan ayah saja yang membersihkannya? Ya, seperti inilah contoh kecil ketidakadilan dalam rumah tangga. Lebih luas, rasa tidak adil dapat muncul sebab suami yang enggan menafkahi istri, atau istri yang lebih mementingkan urusan eksternal ketimbang internal keluarga. Alangkah baiknya jika di antara keduanya saling menanggung beban sehingga meminimalisir kekesalan yang menumpuk.

 

 


Post a Comment