pic: bakesah.co
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
masih menjadi trending topik penyebab
perceraian. KDRT dapat berupa fisik maupun psikologis. Secara alamiah, jika
kebutuhan kasih sayang para anggota keluarga tidak terpenuhi, maka rumah tangga
akan didera banyak persoalan, baik gangguan emosional, masalah perilaku dan
kesehatan fisik. Sebaliknya, jika fungsi terkait psikologi terpenuhi, maka
emosi anggota akan terasa nyaman. Artinya, jika di dalam keluarga masing-masing
anggota totalitas untuk mencurahkan kasih sayangnya, maka kekuatan terhadap
kehidupan emosional para anggotanya akan terbentuk lebih bertanggung jawab.
Suami atau istri yang hanya mementingkan
dirinya sendiri tanpa mau peduli pada apa yang sedang menimpa pasangannya,
dalam hal ini bertindak egois dan tidak adil akan menimbulkan kebencian kepada
pasangannya.
Sederhananya, coba kita simak kasus
parenting berikut. Bagi seorang istri, waktu sebanyak dua puluh empat jam
mengurus rumah tangga rasanya tidak cukup untuk menyelesaikan pekerjaan rumah,
belum lagi ketika anak-anak sedang rewel. Begitu istirahat sejenak, anak-anak
minta ini dan itu. Ketika penat melanda, seorang suami yang memiliki kebiasaan
ego meninggi tidak akan peka terhadap keadaan istrinya. Sebut saja, saat itu
anaknya yang batita sedang pilek dan berkali-kali menaik-turunkan ingusnya,
sementara ayah si anak yang melihatnya hanya mampu berkata minta ibu untuk membersihkan hidungmu. Hilang sudah moment of fathering dalam diri suaminya.
Bagaimana perasaan istri yang
mendengarnya ketika ia tengah beristirahat dari kesibukan rumah tangga? Pasti
dalam hatinya telah berkata mengapa bukan
ayah saja yang membersihkannya? Ya, seperti inilah contoh kecil
ketidakadilan dalam rumah tangga. Lebih luas, rasa tidak adil dapat muncul
sebab suami yang enggan menafkahi istri, atau istri yang lebih mementingkan
urusan eksternal ketimbang internal keluarga. Alangkah baiknya jika di antara
keduanya saling menanggung beban sehingga meminimalisir kekesalan yang
menumpuk.
Posting Komentar