Header Ads Widget

Responsive Advertisement



Anda seorang ibu rumah tangga? Atau seorang wanita karier yang pernah mengalami masa WFH (Work From Home)? Apa yang Anda rasakan selama hampir tiga bulan membersamai anak-anak PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) melalui media daring? Rasanya mati gaya. Anak-anak sulit diajak kompromi. Pusing dengan segudang tugas anak dan tumpukan kerja pribadi. Meskipun bapaknya juga kerja di rumah, tetap saja urusan anak diserahkan kepada ibunya. Belum lagi memikirkan urusan domestik terkait kebutuhan pangan selama pandemi wabah dan puasa Ramadhan. Ya, seperti itu kebanyakan keluhan yang tersangkut di beberapa grup whatsapp wali murid. Persoalannya sama, para ibu kaget menjalankan peran barunya sebagai pendidik. Alih-alih akhirnya menyadari bahwa guru anak-anak di sekolah ternyata sangat besar jasanya.

Berdasarkan press release Kemendikbud RI terkait tahun ajaran 2020/2021 di masa pandemik Covid-19, nampaknya membuat pemerintah lebih mengencangkan kebijakan social distancing di sekolah-sekolah. Kebijakan ini melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19, yakni pelarangan pembelajaran tatap muka pada zona merah. Pembatasan tersebut dilaksanakan selama masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti penyebaran.

Kebijakan pembelajaran tatap muka mendatang hanya dilakukan oleh kawasan zona hijau dengan syarat berlapis dan protokol kesehatan yang sangat ketat. itu pun hanya berlaku jenjang SMP dan SMA (dan setara). Sedangkan pada wilayah selain itu kegiatan belajar dilakukan secara daring dengan waktu yang dapat diperpanjang hingga situasi wilayah kondusif dari wabah. Nah, ibu dapat bernapas lega karena dapat menjaga putra-putrinya dari bahaya Covid-19. Tapi, apakah sebagai ibu lantas Anda semakin bertambah pusing menemani ananda belajar di rumah?

 

Ibu adalah Madrasah Pertama

Sebuah ungkapan dalam Islam menyebutkan bahwa Al Ummu Madrasatul Ula’, artinya seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ungkapan tersebut mengandung arti yang sangat penting, dan subtansial. Ummu madrasatul ula mempunyai makna bahwa peletak dasar pengetahuan seorang anak berasal dari ibunya. Ibu adalah guru pertama bahkan yang utama bagi anak-anaknya sebelum mereka menimba ilmu di sekolah atau belajar dari lingkungan sekitarnya. Ibu-lah yang pertama kali mengajarkan berbagai hal tentang tumbuh kembang anak, mulai dari menyusui hingga anak bisa minum sendiri, dari menimang hingga bisa berjalan, dan dari berceloteh hingga lancar berbicara. Secara tidak langsung anak akan mencontoh apa yang ibunya lakukan, dan bahkan mengikutinya. Itulah mengapa penting ibu memberikan keteladanan sikap, perilaku dan kepribadian kepada anak. Jika seorang ibu mempersiapkan anaknya dengan baik, maka sama halnya ia mempersiapkan bangsa dengan generasi yang baik pada pokok pangkalnya.

            Apakah artinya pendidikan di sekolah tidak penting? Tentu saja tidak demikian. Pendidikan di sekolah biasanya lebih menekankan aspek akademis sementara aspek pengembangan spiritual dan emosional kurang mendapatkan porsi yang memadai. Pendidik bagi anak-anak sejatinya adalah orang tuanya sendiri. Sebab itu, orang tua tidak dapat mengalihkan tugas sepenuhnya kepada orang lain.

Fungsi pendidik yaitu memberi latihan, arahan, nasihat, sangsi dan teguran kepada anak didik. Segala tingkah laku anak didik dikontrol agar mereka selalu melakukan kebaikan sesuai perintah Tuhan. Fungsi dan pekerjaan mendidik semacam ini tidak dapat dilakukan kepada orang lain yang tidak berada di bawah kekuasaan mutlak seperti diri kita dan anak-anak kita. Dengan kata lain, pendidik bagi anak-anak adalah ibu dan bapaknya sendiri. Sedangkan guru adalah pengajar yang tugas utamanya hanyalah menyampaikan ajaran yang disertai dengan bukti-bukti tanpa dibebani kewajiban menjadikan orang yang diajarnya sebagai manusia yang shaleh.

Seorang pakar neurosains-Syarif Muhtarom (2010) mengatakan, dalam konteks rumah sebagai sekolah, maka seorang suami berperan sebagai Kepala Sekolah, istri sebagai guru utama dan pembantu sebagai penjaga sekolah. Mereka masing-masing bekerja sesuai dengan kemampuannya dan pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Sekolah yang baik tentu tidak akan memperkenankan penjaga sekolah untuk menggantikan guru utama mengajar di kelas jika berhalangan. Demikian halnya peran orang tua terutama ibu sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya yang tidak bisa digantikan oleh orang lain apalagi oleh asisten rumah tangga.

Mendidik anak sebenarnya sarana untuk mendidik diri sendiri. Seorang anak akan meningkat nilai kepribadiannya setelah mendapat bimbingan dari ibu dan sebaliknya ibu akan menjadi lebih matang kepribadiannya selama proses mendidik anak. Agar keduanya memiliki pengaruh timbal balik yang mutualisme, dimana anak-anak dapat tumbuh dengan pribadi yang baik, maka sebagai ibu harus meyesuaikan dengan tuntutan tersebut.

 

 

Ibu Sebagai Pejuang Kesehatan di Rumah

Ibu adalah manajer paling handal yang mengatur segala kebutuhan suami, anak-anak dan dirinya sendiri termasuk di dalamnya mengupayakan kesehatan bagi keluarga. Ketika anak sedang mengeluh sakit, ibu mampu memilihkan obat terbaik bahkan meracik obat tradisional sendiri kendati ia bukan seorang tenaga kesehatan. Lebih nyata lagi, perhatian dan perawatan yang diberikan oleh ibu selama 24 jam bisa dibilang mengalahkan kinerja dokter atau perawat.

Semua yang dilakukan ibu semata-mata agar keluarganya selalu sehat. Terlebih di tengah pandemi COVID-19, ibu adalah benteng pertahanan. Ia tidak pernah lelah mengingatkan anak-anak untuk menjaga kebersihan tempat tinggalnya terutama kamarnya sendiri agar bebas dari kotoran dan sampah yang dapat menganggu kesehatan. Bahkan sejak dini, seorang ibu dituntut mengenalkan dan membiasakan masalah kebersihan kepada anak terutama kebersihan badan dengan cara mandi minimal 2 kali sehari, menggunakan sabun serta memakai pakaian yang bersih.

Ibu jugalah yang dapat merencanakan pembelian bahan makanan, mengolah, memasak, menyajikan makanan keluarga dengan memperhatikan asupan gizi yang seimbang, aman dan higienis bagi keluarganya. Ibu merupakan koki terbaik yang tidak hanya berusaha menyajikan makanan lezat dan bergizi tetapi juga variatif agar keluarganya tidak bosan saat menyantap masakannya.

Bagi seorang anak, ibu merupakan sumber cinta, inspirasi dan sumber kehidupan yang mampu membalut luka ketika anak-anaknya sedang menderita. Ibu berperan sebagai sahabat setia yang mengerti, memahami dan menjadi teman bercerita dalam setiap persoalan anak-anaknya.

Begitu besar tanggung jawab dan kewajiban sebagai seorang ibu. Pertanyaannya apakah Anda hanya melaksanakan kewajiban tersebut secara alamiah atau penuh persiapan? Jika Anda telah mendidik anak secara seimbang dan menyeluruh terhadap kebutuhan masing-masing unsur kepribadian anak yaitu hati, perasaan, akal dan jasmani sebagai fitrah penciptaan Tuhan, artinya Anda telah menjalankan fitrah sebagai seorang ibu yang siap mencetak generasi terbaik masa depan, meski dalam kondisi tersulit seperti saat ini. (*)

 #pic by: liputan6.com

 


Post a Comment